Kamis, 18 Agustus 2011

CERPEN CINTA DAN PERSAHABATAN

Cerpen Karyaku Nih semoga Menghibur Kalian Semua > > 
BUKIT ITU SAKSI KITA

    Sahabat adalah sebuah kata yang menandakan bahwa manusia adalah makhluk sosial namun demikian besar arti sebenarnya dari sebuah persahabatan sehingga membuatnya begitu berarti. Kadang sahabat dapat membuat hari-hari yang kita lalui benar-benar indah dan memiliki banyak cerita, namun kadang juga sahabat membuat kenangan terburuk untuk kita sepanjang hidup. Seperti sebuah persahabatan yang terjadi pada seorang anak yang bernama Aghel ini, dari sahabat menjadi cinta.
    Aghel adalah seorang anak yang terkenal sangat baik di sekolah. Prestasi sekolahnya juga cukup membuat kedua orang tuanya bangga. Aghel yang sekarang duduk di bangku kelas satu SMA N 165 Cluring ini memiliki banyak teman, terutama teman sekelasnya . Ia sepulang sekolah biasanya suka menyusuri bukit di belakang rumahnya. Biasanya Ia menyusuri bukit sendiri.
    "Alam adalah kehidupan gua, sungai, sawah, bukit adalah tempat yang gua sukai!" ujar Aghel.
    Matahari sudah semakin tinggi ketika Aghel masih terlelap di atas ranjang tidurnya. Rasa malas masih menggodanya dengan mimpi-mimpi. Terasa selimut sedikit menjauh, memberikan hawa sejuk ke kakinya. Dengan mata terpejam Aghel mencoba menarik selimutnya kembali. Namun sepertinya selimut Aghel tidak ingin menurut pada tuannya. Dengan susah payah Aghel kembali menariknya. Namun lagi-lagi selimut itu merosot hingga jatuh. Karena kesal Aghel pun mengabaikannya dan bangun dari tidurnya. Tak lama kemudian setelah dia mandi dan siap-siap, Aghel langsung berangkat sekolah seperti biasanya. Aghel selalu tiba disekolah tepat saat bel masuk sekolah berbunyi.
"Bertemu lagi dengan senin? hari yang sangat melelahkan, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sangat membosankan buat gua, menghitung, mencatat, menghapal selalu memahat otak gua!" gumam Aghel.
    Tepat  pukul 01.00,,, tet,,, tet,,, tet bel sekolah tanda pulang telah berbunyi. Aghel bergegas pulang bersama temennya. Sampai dirumah ia langsung ganti baju dan langsung Out ke bukit belakang rumahnya. Dengan sembunyi-sembunyi ia berjalan menuju ke bukit belakang rumahnya. Itu dia lakukan karna orang tuanya melarang dia bermain di bukit itu, entah kenapa orang tuanya melarang Aghel  bermain di bukit itu.
"Langkah kakiku menghantarkanku ke tempat peristirahatan terakhir kakekku, suasana sunyi sepi diiringi rentetan semilir angin menerpaku membuatku terlelap santai di atas pohon mangga samping pemakaman."
Dari kejauhan terdengar lirih suara langkah kaki dari sudut pemakaman. Seorang cewek cantik berjalan santai menghampiri Aghel.

"Ghel lagi ngapain loe di atas pohon?" tanya anak itu.
"Cantik banget ya? Apa gua sedang mimpi?" batin Aghel.
"Hai, , ,! Malah bengong loe?" kata anak itu.
    "(Kaget) Loe siapa ?" tanya Aghel.
 "Gua Ocha!" jawab Ocha sambil berjabat tangan.
"Lagi ngapain loe disini Ghel?" lanjut Ocha.
"Ooo, , , gua  lagi nyantai nih ,,,!" kata Aghel dengan senyuman penuh harapan. Dan dari sinilah pertemanan Aghel dengan Ocha dimulai.
    Di suatu malam yang ditemani terangnya pancaran sinar sang rembulan, Aghel duduk melamun di teras depan rumahnya. Dia masih bingung dengan cewek yang tadi menemuinya. Dia melamun sambil bernyanyi,

Cinta kata orang ku jatuh cinta
Kepada dirimu cinta sampai tergila-gila
Rindu rinduku, kumemikirkan kamu
Hanyalah dirimu yang membuatku mabuk kepayang    
"Mungkinkah gua cinta pada pndangan pertama ya?" tanya Aghel dalam hati.  
***
     Pagi itu udara sangat sejuk dan dingin, seperti biasanya kegiatan Aghel molor di kamarnya. Kring . . . kring . . . kring!" jam beker berbunyi tepat jam 6 pagi, Aghel langsung bangun dan bersiap-siap sekolah. Yah seperti biasanya juga selalu hampir terlambat. Mata pelajaran pertama adalah Pelajaran Seni Budaya, sebelum pelajaran dimulai biasanya anak-anak membaca Asma'ul Husna, ya sekedar mendekatkan diri kepada Allah.
Waktu itu Pak Mahmudi masih belum datang, jadi seluruh anak sepeda atau kumpulan anak sepuluh dua ramai bermain didalam kelas. Di pojok kelas terlihat Aghel lagi asyik ngobrol dengan teman sebangkunya.
    "Eh . . . c0y, gua kemarin kenalan sama cewek cantik banget di kuburan," celoteh Aghel pada teman sebangkunya yaitu Reno.
    "Wuih  . . .  jangan-jangan tuh cewek kuntilABG lagi, hahahhaa . . . ," kata Reno sambil ketawa.
    "Ada-ada saja loe ren,"
    "Namanya siapa c0y?" lanjut Reno.
    "Kalau nggak salah namanya Ocha ren," jawab Aghel.
    "Boleh juga tuh dikenalin sama gua," pinta Reno pada Aghel.
    "Ya entar kapan-kapan gua kenalin c0y," jawab Reno.
    "Heh, teman-teman Pak Saradi datang!" teriak ketua kelas.
Seluruh kelas sontak kaget karena Pak Mahmudi datang. Tak disangka tak diduga tak dikira Pak Mahmudi datang dengan seorang murid cewek.
    "Assalamualaikum anak-anak!" salam Pak Mahmudi sambil memasuki kelas.
    "Walaikumsalamwarahmatullahiwabarokatuh!" jawab anak-anak sepeda dengan serempak.
    "Baiklah anak-anak, disini kita kedatangan murid baru dari sekolah tetangga," Pak Mahmud memberitahu siswa.
Sontak si Aghel kaget karena murid barunya adalah si Ocha, cewek yang kemarin nyamperin Aghel waktu di pemakaman.
    "Eh, Ocha loe pindah kesini ya?" Tanya Aghel keceplosan.
    "Cie- cie . . . ," teriak seluruh siswa kelas X 2 dengan mata tertuju pada Aghel.
    "Diam kalian semua," teriak Pak Mahmudi.
    "Ayo kamu silakan perkenalkan diri kamu," suruh Pak Mahmudi pada murid baru.
    "Iya pak, perkenalkan nama saya Ocha Puspa Prastiwi, aku pindahan dari SMA Kartini," ucap Ocha.
    "Eh, ocha kamu pacarnya si Aghel ya?" Tanya Reno yang bermaksud ngeledek Aghel.
    "Apa-apaan sih loe?" Tanya Aghel pada Reno sambil marah.
    "Sudah-sudah, semua jangan ramai, ocha silakan kamu cari bangku yang kosong" kata Pak Mahmudi.
    "Iya pak," jawab Ocha.
Pelajaran Seni dimulai, seperti biasanya Pak Mahmudi selalu menyuruh salah satu anak untuk membacakan materi sampai 5 halaman (Haduch bisa ngantuk gua kalau kayak gitu). Itulah kebiasaan Pak Mahmudi yang membuat seluruh siswa ngantuk berat. Setiap pulang sekolah Aghel menghampiri Ocha.
    "Cha, ntar kita ketemuan di bukit belakang rumah gua ya?" pinta Aghel pada Ocha.
    "OK ghel," jawab Ocha.
Begitulah kegiatan sepasang sahabat ini, setiap pulang sekolah selalu bermain bersama di bukit belakang rumah Aghel. Persahabatan mereka tetap awet sampai kelas sebelas, kebetulan banget mereka berdua satu kelas dan satu jurusan lagi yakni jurusan IPA. Mereka mempunyai julukan persahabatan yaitu sahabat takodel-kodel hahahaha. . . (lucu ya namanya).
***
    "Ghel . . . ," panggil Ocha dengan suara lantang.
    "Apa cha?" Tanya Aghel sambil mendekati Ocha.
    "Sini loe duduk, gua minta bantuan loe!" ucap Ocha.
    "Minta tolong apa cha?" Tanya Aghel sambil makan snack yang ia pegang.
    "Loe kenal nggak si Dino anak IPS 2?" ujar Ocha.
    "Oh,,, si Dino itu? Gua kenal, emang kenapa cha?" Tanya Aghel.
    "Gua minta bantuan loe, mintakan no HP nya dia dong!" pinta Ocha dengan penuh harapan.
    "Loe naksir ama Dino ya cha? Hati-hati cha, bukannya gua ngejelekin dino dimata loe, tapi dia anak nggak baik," ujar Aghel menerangkan pada Ocha.
    "Kok loe gitu sih ghel!" loe ikhlas nggak sih nolongin gua?" Tanya Ocha dengan nada tinggi.
    "Ikhlas kok cha, ntar gua maintain," jawab Aghel.
    Sepulang sekolah Aghel ngajak Ocha ketemuan, seperti biasanya di markas persahabatan mereka berdua di puncak bukit. Waktu itu Ahel berniat memberikan nomor HPnya si Dino ke Ocha. Sebenarnya Aghel naksir sama Ocha, namun Aghel nggak berani ngungkapin perasaannya ke Ocha, itu bukan karena Aghel cemen, itu mungkin karena si Aghel takut kalau-kalau ntar dia ngungkapin perasaannya ke Ocha kemudian ditolak? Mungkin persahabatan mereka akan End. Maka dari itu si Aghel nggak mau ngungkapin perasaannya ke Ocha.
    "Lama banget sih si Ocha," gumam Aghel sambil mondar-mandir di sekitar batu besar di puncak bukit.
Belum lama Aghel ngomong, dari kejauhan terlihat Ocha berjalan santai menuju Aghel.
    "Cha, lama banget sih loe!" teriak Aghel.
    "Sory ghel, loe dah dapat no nya Dino?" Tanya Ocha sambil berlari menuju Aghel.
    "Nih, no nya cari aja di daftar kontak gua!" jawab Aghel dengan sedikit kesal.
    "Makasih ya ghel, loe emang sahabat gua yang takodel-kodel dah, heheheh . . .," ucap Ocha dengan senang.
    "Ya sudah cha gua mau pulang," ujar Aghel.
***
    Seminggu setelah Ocha mendapatkan no HP Dino, Ocha dan Dino jadian. Namun Aghel tidak tahu kalau Ocha dan Dino jadian. Beberapa hari kemudian Aghel mengetahui kalau sahabat takodel-kodelnya yakni si Ocha jadian sama Dino, Aghel terlihat sangat marah. Setelah ia mengetahui itu ia langsung menghampiri Ocha untuk memberitahunya kalau si Dino adalah anak yang suka mabuk-mabukan, tapi Ocha tetap kekeh pada jalannya dan Ocha sangat marah dengan perkataan Aghel itu, dan ia tetap berpacaran dengan Dino. Beberapa bulan kemudian Ocha tahu kalau omongan si Aghel itu benar, ia diberitahu temannya kalau Dino sering mabuk-mabukan di rumahnya. Akhirnya Ocha mutusin hubungannya dengan Dino.
    "Selekethep , , , selekethe , , , kring , , , kring (bunyi HP Aghel),"
From : Ocha
Gh3l, t3ryt4 0mg4n l0e bn3er
D!n0 sk4 mbuk2an, gu4 m!nt4 5'f ghel, gu4 ud4h mutusin Din0
Bs0k loe mw nggak kt3muan ma gu4 d buk!t?"
Itulah isi SMS Ocha untuk Aghel. Keesokan harinya Aghel mendatangi Ocha di bukit.
    "Kenapa cha?" Tanya Aghel.
    "Ghel, gua minta maaf kalau kemarin gua marah-marah sama loe," ucap Ocha dengan lirih.
    "Gpp kok cha, gua sudah maafin loe," sahut Aghel.
    "Cha, gua boleh ngomong nggak sama loe?" lanjut Aghel.
    "Ngomong apa ghel?" Tanya Ocha.
    "Gini cha, sebenarnya gua suka sama loe, sebenarnya gua cemburu sama loe, tapi gua nggak berani ngungkapin perasaan gua ini ke loe, sory ya cha kalau gua ngomong kayak gini," ucap Aghel dengan sedikit menunduk.
    "Gpp kok ghel, sebenarnya gua juga suka sama loe, semenjak gua bertemu sama loe pertama kali gua sudah ngerasasuka sama loe," ujar Ocha.
    "Sekarang gimana cha loe mau nggak jadi capar gua, eh salah maksud gua pacar gua?" Tanya Aghel.
    "Gimana ya! Terserah loe dah ghel," jawab Ocha dengan senyum manisnya.
    "Kok gitu sih cha?" Tanya Aghel.
    "Em . . . OK dah gua mau, hehehe . . .!" jawab Ocha.
Akhirnya cinta yang ada di balik persahabatan mereka telah Nampak. Mereka berdua kini pacaran.
    "Cha ayo kita tulis di batu ini?" ajak Aghel.
    "Tulis apa'an ghel?" Tanya Ocha.
    "Tulis gini cha, BIARLAH BUKIT INI YANG MENJADI SAKSI CINTA KITA SELAMANYA," jawab Aghel sambil nulis kata itu di batu.
Hubungan mereka berjalan sangat baik, namun suatu hari hubungan mereka harus terputus oleh jarak. Karena Ocha harus pindah ke luar kota ikut orang tuanya yang mendapatkan tugas dinas diluar kota. 


THE END
By ARGA SAPUTRA/XII IPA 1/ SMA N 1 CLURING

Tidak ada komentar: