Sabtu, 13 Agustus 2011

CERPEN

PERTIKAIAN DI DALAM PITAGHORAS PERSAHABATAN

Andin adalah siswi SMA Makmur Jaya, dan sekarang duduk dibangku kelas XII IPA.
Rumah Andin begitu sunyi malam ini, di ruang keluarga Andin menangis dalam pelukan ayahnya. Entah apa yang membuat Andin sangat sedih mala mini. Kejadian ini dimulai ketika Andin selesai menerima di telephone Rangga, dengansesenggukan mulai bercerita pada sang ayah.
            “Yah . . . ,” Panggil Andin dengan terbata.
            “Ada apa saying?” jawab ayah dengan lembut.
            “Rangga baru saja menelephoneku,” dengan terisak Andin mulai bercerita.
Rangga adalah siswa SMK Maju Mundur, dia adalah sahabat Andin, mereka dulu satu SMP, tapi baru dipertemukan ketika mereka duduk dibangku kelas IX.
            “Kenapa dia?” Tanya ayah.
            “Dia menuduhku telah membongkar rahasianya kepada Tari (Tari adalah pacar Rangga), padahal yah aku tidak pernah mengatakan rahasia Rangga kepada siapapun, aku harus gimana yah?” tanya Andin serius.
            “Sudahlah nak, masalah dalam persahabatn itu sudah biasa, kalau bisa masalah ini harus dibicarakan baik-baik jangan sampai gara-gara satu masalah persahabatan kalian rusak, mencari teman itu mudah tapi mencari sahabat itu tidak mudah nak,” ucap ayah bijak.
            “Baik yah, sesegera mungkin aku akan menyelesaikan masalah ini,” jawab Andin mantab.
            Kemudian Andin kembali ke kamarnya, didalam kamar dia merenungkan apa yang baru ia alami. Andin kemudian teringat pada rahasia yang dikatakan Rangga padanya. Sebuah rahasia yang kurang baik untuk kita contoh, yaitu Rangga ingin balas dendam kepada orang-orang yang telah menyakiti hatinya, termasuk Tari sang pacar. Tari adalah teman SMP Andin juga, jadi antara Tari, Rangga, dan Andin mereka telah saling mengenal.
            Rangga ingin balas dendam pada Tari, karena selama ini Tari telah bersikap sombong, angkuh dan merendahkan Rangga. Karena Rangga merasa tersakiti oleh Tari, Rangga mempunyai sebuah rencana yaitu berpura-pura menyukai Tari dan kemudian mempermainkan Tari (Kejam banget itu rencana!). Tapi sekarang masalahnya beda, Ranggi jadi suka beneran sama Tari. Rangga termakan omongannya sendiri.
            Dengan sangat sadar dan ingat Andin tidak pernah memberitahu Tari tentang rahasia itu, Andin sangat menghargai persahabatannya dengan Rangga ia tidak mungkin mengkhianati persahabatannya. Kemudian Andin mencoba menghubungi Rangga untuk menjelaskan  tentang semua ini, berulang kali Andin mencoba menghubungi Rangga, berulang kali Andin mencoba menghubungi Rangga, tapi semua sia-sia karena Rangga enggan menerima telephone dari Andin. Rangga tetap kekeh dengan keputusannya bahwa dia tidak mau lagi berhubungan dengan Andin dia tetap menuduh Andin lah yang telah membertahu rahasia ini pada Tari.
            Jam berdentang menunjukkan pukul 23.00 WIB.
            “Cepat tidur nak, besok kamu telat lho masuk sekolah!” ucap ibu Andin perhatian.
            “Baik bu,” jawab Andin
***
            Entah apa yang telah merasuki Rangga hingga ia begitu kekehnya dengan keputusannya. Andin sangat sulit menerima ini semua. Dia harus menanggung sebuah akibat dari sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Sesungguhnya Andin tidak bisa berlama-lama berjauhan dengan Rangga. Tersirat sebuah rasa yang tidak terpungkiri, yaitu rasa cinta yang lebih dari sebuah rasa cinta kepada sahabat. Sudah lama Andin memendam rasa ini pada Rangga. Tapi Andin segera membuang jauh-jauh perasaan ini, karena ia tidak mau persahabatannya ternodai karena rasa yang tak seharusnya ada.
            “Andiiiin…..!!! sudah jam 6 pagi, kamu sekolah apa tidak?” teriakan ibu Andin membangunkan Andin.
“Iya,” aku bangun bu!” jawab Andin malas.
            Dengan malas ia turun dari ranjangnya, kemudian menatap jam dinding dikamarnya, tepat pukul 06.00 WIB. Dengan sedikit berlari Andin segera masuk kamar mandi.
            “Aduh . . . auw . . .!”rintih Andin.
            “Kenapa kamu?” Tanya ibu khawatir.
            “Kepleset bu, tapi tidak apa-apa kok bu,” jawab Andin pelan.
            “Makanya hati-hati, ini karena kamu bangun kesiangan!” omel ibu.
Cepat-cepat Andin menyelesaikan mandinya, lalu ganti baju, tidak sempat sarapan dirumah, kemudian pamitan sama ayah dan ibu, lalu berangkat kesekolah naik motor tak lupa pakai helm. Pukul 06.45 WIB tepat Andin sudah sampai sekolah.
            “Uuuh, , ,untung nggak telat!” ucap Andin sambil ngos-ngosan.
Dengan malas Andin menjalani hari ini, tanpa semangat sedikitpun dalam dirinya. Andin butuh waktu untuk memikirkan masalahnya dengan Rangga.
            Pukul 13.00 WIB, bel sekolah bunyi 3 kali tanda pulang sekolah. Pulang sekolah yang disambut teriakkan dan sorakan para siswa ini adalah momen yang ditunggu-tunggu, tapi Andin kayak nggak peduli. Andin kayak raga tanpa jiwa tidak ada semangat yang berkobar-kobar seperti biasanya.
            Satu hari, satu minggu, satu bulan tidak ada kabar dari Rangga. Pada suatu malam pada pukul 20.00 WIB terdengar bunyi dering telephone di HP Andin, ternyata nomor tidak dikenal.
            “Hai . . . ,” sapa seseorang ditelepon.
            “Sepertinya aku tak asing dengan suara ini,” batin Andin.
            “Hah . . . Rangga ya?” Tanya Andin penasaran.
            “Iya, gimana kabar kamu?” Tanya Andin.
            “A . . . ku baik kok!” jawab Andin gugup.
            “Aku minta maaf ya?” suara Rangga memelas.
            “Buat apa? Kemana saja kamu selama ini?” cerca Andin penasaran.
            “Ya selama ini kan aku sudah nuduh kamu macam-macam, aku baru sadar bahwa kamu tidak seperti itu, kamu adalah sahabat terbaikku. Aku selama ini ada di suatu tempat, dimana aku bisa menenangkan hati dan pikiranku dari beban hidupku ini. Terlalu sakit untuk memikirkan masalah yang menderaku ini,” Rangga menjelaskan pada Andin.
            “Aku telah memaafkanmu Rangga, aku bersyukur akhirnya kamu menyadari semua ini,” ucap Andin lega.
            Semenjak itu, mereka memulai satu harapan baru untuk sebuah persahabatan. Tak ada yang lebih indah selain sebuah persahabatan.

By Resita Nur Safitri / SMARING / XII IPA 1

Tidak ada komentar: